mytravelink

Lebih Hemat, Aman untuk setiap cerita perjalanan Anda.

Kampung Naga sebagai Destinasi Wisata Budaya

Penulis : mytravelink

Dibuat : 2023-10-23


 

Mytravelink.id-Kampung Naga adalah salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Kabupaten Tasikmalaya. Jika dilihat dari kacamata pariwisata, Kampung Naga adalah salah satu rural tourism yang memperkaya destinasi wisata di Jawa Barat.
Merujuk organisasi pariwisata dunia, rural tourism adalah jenis aktivitas wisata, di mana pengunjungnya mendapatkan pengalaman terkait berbagai produk yang dihasilkan dari aktivitas berbasis alam, pertanian, gaya hidup dan budaya pedesaan. Nah semua itu ada di Kampung Naga.

Kampung Naga sendiri berada di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Letaknya di pinggiran jalur utama Garut-Tasikmalaya, bahkan dapat dikatakan berada di perbatasan wilayah Garut-Tasikmalaya.

Untuk menjangkau ke Kampung Naga, pengunjung harus berjalan kaki dari lokasi parkir. Jaraknya sekitar 500 meter dengan kontur jalan yang curam. Karena Kampung Naga berada di lembah bukit, nyaris sejajar dengan aliran Sungai Ciwulan. Tapi jangan khawatir, akses menuju Kampung Naga sudah ditata berupa susunan tangga. Walau pun curam, namun tidak membahayakan.

Perjalanan menuruni anak tangga itu tak terlalu melelahkan atau membosankan, karena sepanjang jalan disuguhi panorama pedesaan yang indah. Hamparan sawah, hutan hijau, aliran air dan aktivitas warga. Tanpa terasa, suasana itu mengantarkan kita ke tujuan.

Kesan pertama yang tertangkap dari kampung ini adalah kebersihan dan kerapiannya. Lingkungannya bersih, suhu udara adem. Di sisi kanan aliran Sungai Ciwulan bergerak tenang mengeluarkan suara gemericik. Di sebelah kiri deretan rumah tertata rapi, bagian depan rumah menghadap utara atau selatan. Sementara suhunan atau atap bangunan memanjang dari timur ke barat.

Semuanya beratap ijuk, dengan bangunan berbahan kayu hutan. Bangunan rumah panggung itu ditopang oleh batu sebagai pondasi. Meski sederhana, namun ventilasi berupa jendela membuat rumah memiliki sirkulasi udara yang cukup. Suasananya pun adem dan yang tak kalah penting rumah ini tahan gempa. Setidaknya ketika gempa 7,2 SR terjadi di Tasikmalaya tahun 2009 silam, di Kampung Naga tak ada yang terdampak. Semua rumah tahan goyangan gempa.

Selain sawah ada pula kolam-kolam ikan milik warga. Ada pula tanah lapang di depan mesjid kampung yang juga memiliki arsitektur serupa dengan rumah warga. Aktivitas warga relatif tenang, tak ada hiruk pikuk. Sebagian terlihat mengurusi sawah, di kolam ikan atau meraut bilah bambu untuk bahan kerajinan. Sementara di tanah lapang, anak-anak asyik bermain. Warga menyambut hangat setiap tamu yang datang.

Asal Nama Kampung Naga
Sepintas mendengar nama Kampung Naga, imajinasi pasti melayang pada sosok ular mitos masyarakat Tiongkok. Padahal Kampung Naga tidak memiliki hubungan sama sekali dengan ular naga.

"Boro-boro ular Naga, ular sawah pun jarang ditemui di Kampung Naga. Tak pernah ada ular di kampung kami, silahkan tanya warga," kata Aki Ma'un, Punduh Kampung Naga.

Punduh sendiri di masyarakat Sunda umumnya merujuk kepada Kepala Dusun atau Kepala Kampung. Namun di Kampung Naga, strukturnya sedikit berbeda. Punduh berada di bawah Kuncen atau Ketua Adat.

"Jadi pemimpinnya Kuncen, di bawahnya ada Punduh dan Lebe. Kalau Punduh tugasnya 'ngurus laku meres gawe' (mengatur prilaku dan membereskan tugas), kalau Lebe lebih kepada urusan keagamaan, misalnya memimpin doa, pengajian dan lainnya. Jadi bukan Lebe yang menikahkan orang," kata pria 88 tahun ini.

Kembali kepada asal usul nama Kampung Naga, Ma'un juga menegaskan bahwa nama kampungnya tidak terkait dengan buah naga. "Tidak ada hubungannya dengan buah Naga, di sini tidak ada pohonnya juga, buah naga mah banyak di kota, tak ada di sini," kata Ma'un sedikit berkelakar.

Rupanya asal usul nama Naga itu karena kampung ini terletak di bawah bukit atau di lembah bukit. Orang Sunda menyebutnya 'dina gawir'. Kata 'dina' maknanya menunjuk tempat sementara 'gawir' berarti lembah atau jurang.

Kata 'dina' dalam pelafalan masyarakat Sunda kerap disingkat menjadi 'na', sehingga 'dina gawir' menjadi 'na gawir'. "Nama Naga itu asalnya dari kata 'na gawir', kan kampung posisinya di bawah bukit. Jadilah disebut Kampung Naga," kata Ma'un.

Ma'un sendiri mengaku tak tahu mengapa penyebutan 'Na Gawir' disingkat menjadi 'Naga' lalu dijadikan nama kampung. Yang jelas nama itu sudah disematkan oleh generasi sebelumnya .

 Ingin traveing dengan mudah tapi tidak tau harus mencari travel tour yang terpercaya  ? . anda bisa memilih  mytravelink.id sebagai pilihan untuk liburan anda harga murah dan terpercaya dengan melayani wisata domestic maupun interasional. Selengkapnya anda bisa kunjungi  mytravelink.id

Kembali Ke Halaman Blogs

Mengapa Harus Memilih MyTravelink untuk Petualangan Wisata Anda?


Kami mengutamakan kenyamanan Anda. Dari proses pemesanan yang mudah dan cepat hingga layanan pelanggan yang responsif, MyTravelink berkomitmen untuk memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan setiap langkah perjalanan Anda. MyTravelink menawarkan harga yang kompetitif untuk paket perjalanan domestik dan internasional. Dengan penawaran khusus dan promosi menarik, kami berusaha memberikan nilai terbaik bagi pelanggan kami.

Dengan senang hati membantu Anda. Bila ada pertanyaan jangan ragu untuk bertanya kepada Kami. Klik di bawah ini untuk memulai chat